Dikeluarkan Karena Melakukan Hubungan Seksual, Pemuda Jepang Ini Menuntut Balik SMA-nya


Ternyata, kasus murid melawan sekolahnya tidak terjadi hanya di Indonesia saja. Seorang pelajar di SMA Seiwa Gakuen di Sendai dikeluarkan dari sekolah setelah dipanggil ke kantor kepala sekolahnya. Pelajar tersebut diduga telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sendiri. Namun dia diberikan sebuah pilihan untuk drop out secara pribadi dan tidak perlu ‘ditendang’ keluar sekolah.

Berpindah sekolah adalah hal yang sangat sulit di Jepang, karena ada sekolah yang sejak SD sudah menyiapkan jenjang pendidikan sampai ke universitas. Harap diingat kalau pelajar ini sedang berada di minggu-minggu terakhirnya di tahun terakhir SMA, keluar dari sekolah dalam timing tersebut akan memiliki efek yang luar biasa negatif kepada karir pendidikannya.


Pelajar tersebut dihadapkan kepada 2 pilihan yang sulit, dikeluarkan oleh sekolah, atau memilih drop out sendiri. Pelajar tersebut memilih untuk drop out sendiri dan universitas yang sudah menerimanya pun menutup pintu mereka.

To add insult to injury, Seiwa Gakuen juga terkenal memiliki tim sepak bola yang kuat, dimana sang pelajar adalah anggotanya. Insiden ini terjadi beberapa hari sebelum turnamen nasional dimulai, dia seharusnya bisa bermain di turnamen nasional tersebut.

Saat ini, dia sudah masuk universitas di sekolah lain di tahun pertamanya. Mengingat semua kehilangannya, dia kemudian memikirkan apakah sebenarnya SMA-nya memiliki hak untuk mencabut semua itu dari hidupnya? Akhirnya dia menuntut SMA-nya tersebut dengan kompensasi sebesar 6 juta Yen karena mereka telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan mereka.


Di bawah ayat 11 dari Hukum Edukasi Sekolah, tidak ada aturan standar untuk mendisiplinkan pelajar, artinya sekolah-sekolah swasta diperbolehkan untuk menggunakan keputusan mereka sendiri saat menghukum para muridnya untuk kelakuan yang mereka kira mengganggu edukasi sang murid.

Jadi apakah SMA Sendai memang menyalahgunakan kekuasaan mereka setelah melihat ayat ke 11 tersebut? Kepala sekolah Seiwa menganggap aksi mereka tidak salah. Seiwa menyatakan kalau sekolah sebenarnya sudah mengirimkan sebuah surat kepada semua murid di awal tahun kalau sekolah tersebut tidak memiliki toleransi terhadap aktivitas seksual dan kencan, aktivitas tersebut dapat dihukum dengan dikeluarkannya murid tersebut saat itu juga.

Namun opini netizen sepertinya lebih mendukung sang pelajar dalam hal ini:

“Aku rasa apa yang dia lakukan itu masih bisa dimaafkan.”
“Beneran deh, sepertinya hukuman itu berlebihan banget.”
“Setengah dari kelasku akan dikeluarkan kalau itu adalah sekolahku.”
“Ini bukanlah langkah yang baik untuk mengatasi turunnya angka kelahiran, kan?”
Selain itu masih banyak argumen lain yang muncul dari kasus ini, terutama minimnya informasi mengenai pelajar wanita yang menjadi pasangannya. Walaupun memang, bila apa yang dikatakan kepala sekolah Seiwa benar maka kedua pelajar tersebut telah melanggar aturan paling penting dalam sekolah tersebut.

Apakah menurutmu apa yang dilakukan oleh pelajar tersebut pantas untuk dijatuhi hukumannya? Atau apakah menurutmu kompensasi 6 juta Yen masih terlalu kecil? Namun hasil dari kasus ini masih belum terpecahkan, dan apakah pelajar tersebut bisa memenangkan kasus ini masih berada di keputusan pengadilan nanti.

source: JurnalOtaku
Previous
Next Post »